Selasa, 17 Agustus 2010

Muzijat Vs Kedewasaan Rohani

Ev. Hermanto Karokaro, S.Th

Bangsa Israel banyak mengalami muzijat Tuhan, ketika akan keluar dari Mesir Tuhan melakukan sepuluh muzijat yang sangat besar. Bahkan ketika sudah keluar dari Mesir, Tuhan melakukan mizijat dengan membelah laut merah. Tidak berhenti sampai disitu, Tuhan terus melakukan muzijat demi muzijat; mendatangkan manna, burung puyuh, tiang api dan tiang awan,dll. Kalau diselidiki tujuannya adalah supaya umat Israel sungguh percaya kepada TUHAN. Supaya umat Israel sungguh berakar dan teguh beriman pada TUHAN. Tentu hal ini sangat penting bagi Tuhan karena lewat bangsa inilah kelak nama TUHAN diagungkan, lewat bangsa inilah keselamatan dari Allah dinyatakan. Namun dalam perjalanan sejarah, bangsa Israel banyak mengecwakan Tuhan. Muzijat yang Tuhan buat ternyata tidak terlalu efektif membuat bangsa ini setia. Justru muzijat yang Tuhan buat berdampak pada mental Israel yang cengeng dan kekanak-kanakan. Setiap ada masalah mengancam musa dan ingin kembali ke Mesir, begitu keadaan tenang mulai membuat patung untuk disembah. Menilik kepada kehidupan umat percaya hari ini. Banyak orang percaya mengejar muzijat, bahkan banyak hamba Tuhan mengklaim dirinya punya karunia pembuat muzijat. Gereja yang menekankan muzijat biasanya banyak didatangi oleh orang percaya. Memang muzijat adalah salah satu sarana yang sering Tuhan pakai untuk membangkitkan iman seseorang. Dalam Perjanjian lama pun hal itu sering dibuat Tuhan, demikian halnya dalam Perjanjian Baru. Yesus sendiri sering membuat muzijat. Namun muzijat tidak selalu membuat orang jadi percaya dan dewasa. Lihatlah orang Yahudi yang sudah melihat banyak muzijat, toh mereka tetap tidak percaya. Maaf sesungguhnya iblispun bisa membuat muzijat “. Karena itu sebagai orang percaya yang sudah dewasa, muzijat bukan lagi hal yang dicari-cari. Tetapi kesetian dan ketekunan memikul salib setiap hari, itulah lah yang terpenting sebagai orang percaya sejati.