Selasa, 07 September 2010

Jangan Mudah Percaya !

Oleh : Ev. Hermanto Karokaro

Tuhan menetapkan Harun dan anak-anaknya memegang jabatan imam atas umat Israel. Jabatan sebagai imam disertai dengan segala tanggung jawab. Imam harus mengenakan pakaian khusus yang dibuat secara khusus pula. Tuhan sangat memperhatikan karakteristik jubah imam dan juga segala aksesoris yang menyertainya. Sebagai imam Harun dan anak-anaknya siap mati jika mereka melanggar satu saja ketentuan yang telah dibuat. Jika mereka masuk ke ruang maha kudus tanpa kekudusan, maka mereka akan mati.

Tuhan sangat berharap kepada Imam dalam membawa umat menyembah kepada-Nya. Imamlah yang menjadi perantara, lewat imamlah semua pesan Tuhan disampaikan kepada umat, demikian sebaliknya. Ketika umat mempunyai permohonan maka lewat imam disampaikan kepada Tuhan. Dalam Perjanjian Lama, seorang imam harus kudus karena jika berdosa maka saat masuk keruang maha kudus memohon atau menyampaikan pesan umat, maka konsekuensinya adalah ‘mati’. Demikian beratnya dan tanggung jawab imam, dan memang sebanding dengan hubungan imam dengan Tuhan, artinya imam bisa mendengar suara Tuhan, hubungannya sangat dekat, sehingga yang kudus tidak bisa mendekat dengan yang tidak kudus.

Dalam konteks sekarang, jabatan imam memang agak sedikit kabur. Maksud saya Kriteria atau ukuran menjadi seorang imam sudah tidak jelas. Bahkan suara Tuhan yang didengarpun berbeda antara satu pendeta dan pendeta lainnya. Saya teringat dengan beberapa pernyataan Pendeta yang berkata; tanggal 28 Oktober 2000. Tuhan Yesus akan dating, 5 mei 2005 akan terjadi transformasi di Indonesia. Ternyata semua tidak terjadi. Kalau demikian, siapa yang sebenarnya yang berkata kepada pendeta tersebut, yang jelas bukan Tuhan, karena Tuhan tidak mungkin bohong. Karena itu saya sebagai seorang hamba Tuhan yang masih belajar mengingatkan rekan-rekan sejawat, supaya hati-hati mengeluarkan pernyataan ‘atas nama Tuhan” demikian juga dengan umat, jangan terlau cepat percaya atau menerima semua apa yang dikatakan, apalagi yang sifatnya nubuatan-nubutan. Lebih baik belajarlah Alkitab dengan tekun. Amin

Senin, 06 September 2010

APA YANG KITA CARI ?

Ev. Hermanto karokaro

Agama tanpa aturan jadi liberal, tetapi jika agama hanya fokus pada aturan-aturan jadi legalistik. Cara beragama Yahudi sangat kuat dalam hal aturan-aturan. 10 hukum yang Musa terima dari Tuhan dijabarkan menjadi kurang lebih 669 aturan. Semua ada aturannya, mulai dari pakaian, makanan, cara beribadah, dll. Satu aturan yang sangat kuat adalah prihal masuk keruang maha kudus. Menurut aturan Yahudi yang boleh masuk hanya Imam. Ketika Tuhan melihat aturan-aturan tidak membuat Israel jadi lebih baik, lebih sombong iya. Akhirnya Tuhan mengirim Yesus ‘Putra Tunggal” datang sebagai penyelamat ‘penghapus segala utang dosa” yang tidak bisa dilakukan hukum taurat. Tetapi Yahudi ternyata tetap memegang aturannya, bahkan menjadi marah dan membunuh Yesus. Kalau diteliti sesungguhnya apa yang membuat Yahudi tetap mempertahankan aturan-aturannya, tidak lain karena sudah terlanjur menikmati dan memperoleh keuntungan atas aturan-aturan tersebut.

Fokus keberagamaan Yahudi ternyata sudah bergeser dari Tuhan ke pada hukum-hukum. Orang Yahudi mengabaikan suara Tuhan dan tetap berpegang pada hukum-hukum yang ditafsirkan mereka sendiri. Dalam beragama, Yahudi tidak lagi mencari Tuhan, melainkan keuntungan sendiri. Dari hukum-hukum itu Yahudi mendapat paling tidak; Pertama: Penghormatan/kemuliaan dari umat, Kedua: Materi (persembahan-persembahan umat). Jika menyelidiki hati kita selama ini apa kah yang kita cari dalam kita beragama, Tuhan kah atau sesuatu yang lain ?